Rintihan Seruling Bambu " Matsnawi " Jalaluddin Rumi
Dengarkanlah suara seruling bambu Menyayat rintihannya, lantunkan perihnya perpisahan:
"Sejak direnggut aku dari rumpunku dulu, ratapan pedihku telah membuat berlinang air-mata orang. Kuseru mereka yang tersayat hatinya
karena perpisahan.
“Karena hanya mereka yang pahami sakitnya kerinduan ini. Mereka yang tercerabut dari tanah-airnya merindukan saat mereka kembali.
Dalam setiap pertemuan, bersama mereka yang tengah gembira atau sedih, kudesahkan ratapan yang sama.
Masing-masing orang hanya dapat mendengar sesuai pengetahuannya sendiri-sendiri.
Tak ada yang mencari lebih dalam tentang rahasia didalam diriku.
Rahhasiaku tersembunyi didalam rintihanku, mata-telinga tak bercahaya takkan mampu memahaminya."
(Desah seruling bersumber dari api, bukannya angin.
“Apa gunanya hidup seseorang yang tak lagi ada apinya?
Adalah api cinta yang menghidupkan nyanyian sang seruling.
Adalah ragi cinta yang membuat anggur terasa lezat.
Lantunan seruling mengobati hati yang perih karena cinta yang hilang.
Lagunya menyapu hijab yang menyelubungi hati.
Adakah racun yang lebih pahit atau gula yang lebih manis daripada nyanyian seruling bambu?
Agar dapat kau dengar nanyian seruling itu mesti kau tanggalkan semua hal yang pernah kau ketahui.
sumber : Kitab Matsnawi Karya Jalaluddin rumi
Posting Komentar untuk "Rintihan Seruling Bambu " Matsnawi " Jalaluddin Rumi"