Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Rahasia Kebenaran ( Rubaiyat ) Jalaluddin Rumi



 



Rahasia kebenaran takkan terbuka karena banyaknya mengajukan pertanyaan,
 tak pula karena menyerahkan seluruh harta dan kehormatan:
tapi hanya ketika telah lewat usiamu lima-puluh tahun: saat hati dan matamu telah memerah-darah.
Dari semua perbincangan ini, tak seorang pun menemukan jalan menuju peleburan.

Jalaluddin Rumi




        Dalam puisi-puisi sufi yang dipenuhi dengan makna mendalam, Jalaluddin Rumi memandu kita dalam perjalanan pencarian kebenaran dan pencerahan. Syairnya yang terkenal, "Rahasia kebenaran takkan terbuka karena banyaknya mengajukan pertanyaan, tak pula karena menyerahkan seluruh harta dan kehormatan: tapi hanya ketika telah lewat usiamu lima-puluh tahun: saat hati dan matamu telah memerah-darah. Dari semua perbincangan ini, tak seorang pun menemukan jalan menuju peleburan," membawa kita pada refleksi tentang pengalaman dan perjalanan batin. Dalam blog post ini, mari kita telaah makna dalam syair ini dan merenungkan pesan yang tersembunyi di dalamnya.


        Syair ini menggambarkan sebuah rahasia yang tersembunyi di balik pencarian kebenaran sejati. Rumi dengan tegas menyatakan bahwa kebenaran sejati tidak akan terbuka hanya dengan banyaknya pertanyaan atau dengan memberikan harta dan kehormatan. Pernyataan ini mengajak kita untuk melihat melampaui tindakan lahiriah dan menjelajahi dimensi yang lebih dalam dalam pencarian makna hidup.

        
        Pesan dalam syair ini tampaknya menyoroti pentingnya waktu dan pengalaman dalam mencapai pencerahan. Rumi berbicara tentang usia lima puluh tahun, yang mengisyaratkan bahwa pencerahan dan pemahaman mendalam memerlukan perjalanan hidup yang panjang. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama perjalanan hidup membentuk pemahaman yang lebih mendalam tentang kebenaran dan hakikat.

        
        Rumi menyebutkan tentang hati dan mata yang telah memerah-darah, mengisyaratkan tentang kematangan batin yang dicapai melalui pengalaman dan refleksi. Warna merah-darah menggambarkan intensitas dan kesadaran yang mendalam. Dalam perjalanan hidup yang panjang, hati dan mata kita terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang mempengaruhi pemahaman kita tentang dunia.


        Rumi menyampaikan bahwa pada akhirnya, tidak ada seorang pun yang menemukan jalan menuju peleburan melalui perbincangan. Ini mungkin mengacu pada fakta bahwa kebenaran sejati tidak hanya ditemukan melalui percakapan atau teori, melainkan melalui perjalanan batin yang mendalam dan pemahaman pribadi. Peleburan, dalam konteks ini, mencerminkan pencapaian pemahaman yang mendalam dan pencerahan batin.


        Syair ini dari Jalaluddin Rumi mengajak kita untuk merenungkan perjalanan batin dalam pencarian kebenaran dan pencerahan. Melalui pengalaman, waktu, dan kematangan batin, kita dapat mencapai pemahaman yang lebih mendalam tentang hakikat kebenaran. Pesan Rumi mengingatkan kita bahwa perbincangan dan tindakan lahiriah saja tidak cukup untuk mencapai pencerahan sejati; yang diperlukan adalah perjalanan hati dan mata yang memerah-darah.


        Puisi Jalaluddin Rumi mengajak kita pada perenungan tentang pencarian kebenaran dan pencerahan. Syair ini yang penuh makna membawa kita untuk memahami bahwa perjalanan batin, waktu, dan pengalaman adalah kunci menuju pemahaman yang lebih mendalam tentang hakikat kebenaran. Dengan merenungkan pesan dalam syair ini, kita diundang untuk menjalani perjalanan panjang menuju pencerahan batin dan pemahaman yang lebih mendalam dalam pencarian makna hidup.




sumber ; Rubaiyat Karya Jalaluddin Rumi

Posting Komentar untuk "Rahasia Kebenaran ( Rubaiyat ) Jalaluddin Rumi"