Bahasa Cinta Jalaluddin Rumi
"Bagi para pecinta , bahkan jibril sekalipun adalah hijab."
Jalaluddin Rumi
Dalam syairnya, Rumi dengan sengaja memulai dengan frasa "Bagi para pecinta." Ini adalah penghormatan kepada mereka yang telah mencapai tingkat cinta dan pengabdian yang tinggi kepada Tuhan. Para pecinta di sini adalah individu yang telah memasuki dunia cinta yang mendalam kepada Yang Ilahi. Mereka telah melepaskan diri dari penghalang-penghalang dunia materi dan ego.
Bagi para pecinta, segala sesuatu dalam eksistensi ini menjadi semacam cermin yang memantulkan kehadiran Tuhan. Mereka melihat Allah dalam setiap aspek kehidupan, dan cinta mereka kepada-Nya menjadi pusat dari semua yang mereka lakukan.
Dalam konteks ini, syair Rumi mengajarkan bahwa pandangan para pecinta sangat berbeda dari pandangan orang biasa. Bagi mereka, dunia ini adalah panggung kebesaran Tuhan, dan setiap peristiwa adalah tanda kehadiran-Nya. Jibril, yang dianggap sebagai salah satu malaikat paling dekat dengan Allah, juga menjadi bagian dari pengalaman spiritual para pecinta.
Memahami Jibril sebagai Hijab
Pemilihan kata "Jibril" dalam syair ini bukanlah kebetulan. Jibril adalah malaikat yang sering kali bertindak sebagai perantara antara Allah dan para nabi. Dia adalah sosok yang memiliki kedekatan yang luar biasa dengan Allah dan tugas suci yang besar. Namun, Rumi menggambarkan Jibril sebagai "hijab," yang secara harfiah berarti penghalang atau selubung.
Dalam konteks ini, Rumi ingin mengingatkan kita bahwa bahkan makhluk yang begitu dekat dengan Allah seperti Jibril pun, jika dilihat sebagai penghalang atau selubung, tidak bisa memisahkan kita dari cinta kepada Tuhan. Bagi para pecinta, bahkan Jibril tidak lebih dari sekadar penghalang yang harus dilewati untuk mencapai kesatuan dengan Yang Ilahi.
Hijab Spiritual dalam Sufisme
Pemikiran sufi mengenai hijab spiritual sangatlah relevan dalam konteks syair ini. Dalam pemikiran sufi, hijab spiritual adalah segala sesuatu yang menghalangi seseorang untuk mencapai kesadaran dan pengalaman langsung tentang Allah. Ini bisa berupa ego, nafsu duniawi, atau keterikatan pada dunia materi.
Para sufi percaya bahwa untuk mencapai Allah, seseorang harus melepaskan diri dari segala bentuk penghalang ini. Mereka memandang kesatuan dengan Allah sebagai tujuan tertinggi, dan cinta adalah sarana yang paling kuat untuk mengatasi hijab spiritual ini. Ketika cinta kepada Allah memenuhi hati seseorang, penghalang-penghalang tersebut mulai meredup, dan seseorang mendekati Allah dengan lebih dekat.
Cinta Sejati: Jalan Menuju Tuhan
Dalam pemikiran sufi, cinta kepada Allah adalah salah satu tema utama. Para sufi percaya bahwa cinta sejati kepada Allah adalah daya yang paling kuat untuk membuka jalan menuju Tuhan. Cinta ini adalah dorongan yang memandu para pecinta melalui hijab-hijab spiritual menuju kesatuan dengan Yang Ilahi.
Ketika cinta kepada Allah mendalam, segala sesuatu di dunia ini tampak sebagai cermin keindahan-Nya. Para pecinta melihat kehadiran Allah dalam segala hal, dan cinta ini membimbing mereka melampaui penghalang-penghalang spiritual yang mungkin muncul dalam perjalanan spiritual mereka. Cinta sejati ini adalah daya yang memungkinkan para pecinta untuk melepaskan diri dari keterikatan duniawi dan mendekatkan diri kepada Allah.
Ayat Alquran yang Menggambarkan Hijab
Dalam Alquran, ada banyak ayat yang menggambarkan konsep hijab dalam berbagai konteks. Salah satu ayat yang relevan adalah dalam Surah Al-Hasyr (QS. Al-Hasyr: 18-19):
"Allah mengenal yang ghaib di langit dan di bumi. Dan Allah Maha Mengetahui segala yang kamu kerjakan. (Yaitu) hari ketika Allah akan mengumpulkan mereka semuanya, lalu Allah berfirman kepada malaikat-malaikat: 'Apakah mereka ini yang dahulu kamu sembah?' Mereka menjawab: 'Mahasuci Engkau, Engkaulah Pelindung kami dari selain dari-Mu, akan tetapi mereka menyembah jin-jin, sebagian besar mereka adalah orang-orang yang beriman kepada mereka.'"
Ayat ini mengingatkan kita bahwa Allah Maha Mengetahui segala yang tersembunyi, dan pada akhirnya, semua yang disembah selain dari-Nya akan terbukti sebagai penghalang yang tidak memiliki nilai sejati.
Mencari Kesatuan dengan Tuhan melalui Cinta dan Pengabdian
Syair Jalaluddin Rumi ini adalah undangan kepada kita untuk merenungkan makna cinta sejati kepada Allah dan bagaimana cinta ini dapat mengatasi segala penghalang spiritual dalam perjalanan kita menuju Tuhan. Bagi para pecinta yang telah mencapai tingkat cinta yang mendalam, bahkan Jibril sekalipun hanyalah hijab yang harus dilewati.
Pemikiran sufi mengajarkan kita bahwa cinta kepada Allah adalah kunci untuk mengatasi hijab-hijab spiritual dalam kehidupan kita. Dengan melepaskan diri dari penghalang-penghalang ini melalui cinta dan pengabdian yang tulus, kita dapat mendekatkan diri kepada Allah dengan lebih dekat dan mencapai kesatuan yang mendalam dengan-Nya.
---
Demikianlah penjelasan yang mendalam mengenai makna syair Jalaluddin Rumi ini. Semoga tulisan ini membantu Anda memahami konsep cinta, hijab spiritual, dan perjalanan menuju kesatuan dengan Tuhan dalam perspektif sufi.
penulis : Usaka
sumber : Kitab Karya Jalaluddin Rumi
Al QurĂ¡n dan Terjemahan
Posting Komentar untuk "Bahasa Cinta Jalaluddin Rumi"