Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Makna Mendalam dalam Pesan Syair Jalaluddin Rumi

 



" Tak perlu ada rukuk dalam sholat jenazah. Maka jangan pernah membungkuk pada orang yang ingin pergi meninggalkanmu. "

Jalaluddin Rumi



"Menggali Hikmah Pencerahan dalam Syair Jalaluddin Rumi tentang Penghormatan dan Pengajaran dari Keheningan"


Syair-syair Jalaluddin Rumi selalu menyimpan makna yang dalam dan penuh dengan hikmah. Dalam syair ini, Rumi mengajarkan tentang kebijaksanaan dalam penghormatan dan pengertian yang lebih dalam di balik perpisahan. Melalui tulisan ini, kita akan menggali lebih dalam tentang makna pesan syair ini dan bagaimana ia dapat mengajarkan kita tentang nilai-nilai penghormatan, hubungan, dan kebijaksanaan dalam kehidupan kita sehari-hari.


Tak Perlu Ada Rukuk dalam Sholat Jenazah: Mengenali Kesederhanaan dan Keheningan


Syair ini mengandung dua perbandingan yang kuat: antara rukuk dalam sholat dan membungkuk pada seseorang yang akan pergi meninggalkan kita. Dalam sholat jenazah, tidak ada rukuk (membungkuk) karena jenazah tidak akan berdiri lagi. Rumi menggunakan perbandingan ini untuk mengilustrasikan bahwa tidak perlu ada "membungkuk" atau kesedihan berlebihan ketika seseorang akan meninggalkan kita.


Menghormati Keheningan dalam Perpisahan


Melalui syair ini, Rumi mengajarkan arti menghormati perpisahan dan menerima keadaan dengan hati yang tenang. Keheningan dalam perpisahan mengajarkan kita untuk tidak melampiaskan emosi dan perasaan yang berlebihan. Sebaliknya, kita diajak untuk menghadapi perpisahan dengan tenang dan lapang dada, menghormati kehendak Tuhan.


Pengajaran Tentang Kehidupan dan Kematian


Syair ini juga mengingatkan kita tentang keterbatasan hidup dan kematian. Kita harus memahami bahwa semua manusia akan menghadapi akhir hidupnya, dan dalam momen perpisahan tersebut, kita seharusnya menghadapinya dengan penuh pengertian dan kedamaian. Kematian adalah bagian tak terpisahkan dari siklus hidup, dan syair ini mengajarkan kita untuk merangkulnya dengan rasa hormat dan penghormatan.


Belajar dari Ketidakberdayaan dan Ketundukan


Syair ini juga mengajarkan tentang nilai-nilai rendah hati dan ketundukan. Dalam penghormatan yang tulus, kita tidak perlu mencari pengakuan atau pujian, melainkan merendahkan diri dan menghormati keadaan. Ini sejalan dengan nilai-nilai sufi yang mengajarkan rendah hati dan ketundukan kepada Tuhan.


Dalam Al-Quran, ada banyak ayat yang mengajarkan tentang rendah hati, ketundukan, dan penghormatan. Salah satunya adalah ayat tentang penghormatan terhadap orang yang berpulang, "Kullu nafsin dzaa iqatul maut" (Setiap jiwa akan merasakan mati) (Q.S. Al-Ankabut, 29:57). Ayat ini mengingatkan kita akan keterbatasan manusia dan mengajak kita untuk menghormati perpisahan.


Pengajaran Keheningan dan Penghormatan dalam Perpisahan


Syair Jalaluddin Rumi tentang tidak perlu ada rukuk dalam sholat jenazah mengajarkan kita pentingnya menghadapi perpisahan dengan kebijaksanaan, ketundukan, dan pengertian. Dalam perjalanan hidup yang penuh dengan perpisahan, syair ini mengingatkan kita akan sifat sementara dan keterbatasan kehidupan manusia. Dengan memahami nilai-nilai penghormatan dan rendah hati dalam menghadapi perpisahan, kita dapat menghadapi momen-momen tersebut dengan kedamaian dan pengertian yang mendalam.


Pesan dari syair ini mengajarkan kita tentang pentingnya menghormati keheningan dan menerima perpisahan dengan hati yang lapang. Melalui pengajaran ini, kita dapat belajar untuk menjalani hidup dengan rendah hati, bijaksana, dan tunduk kepada kehendak Tuhan dalam setiap momen perpisahan yang kita hadapi.




penulis            : Usaka
sumber            : Kitab Karya Jalaluddin Rumi
                        Al Qurán dan terjemahan

Posting Komentar untuk "Makna Mendalam dalam Pesan Syair Jalaluddin Rumi"