Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengurai Akar Kesombongan dan Iri Hati: Pemahaman Sufi dari Syair Jalaluddin Rumi




 

"Awal mula kesombongan dan iri hati dari syahwat. Akar syahwatmu dari kebiasaan. Ketika kebiasaan buruk makin berakar, kau akan marah siapa pun yang."

Jalaluddin Rumi




Kesombongan dan Iri Hati: Akar Dari Syahwat yang Tumbuh


Dalam dunia pemikiran sufi, Jalaluddin Rumi mengajak kita untuk merenung tentang sifat-sifat negatif dalam diri manusia, seperti kesombongan dan iri hati. Syair "Awal mula kesombongan dan iri hati dari syahwat. Akar syahwatmu dari kebiasaan. Ketika kebiasaan buruk makin berakar, kau akan marah siapa pun yang..." mengajarkan kita untuk mengenalinya dari akar-akarnya dan mengatasi dengan pemahaman yang mendalam.


Syahwat : Akar Dari Perilaku Negatif


Dalam pemahaman sufi, "syahwat" mengacu pada hasrat duniawi, keinginan, atau nafsu yang bersifat jasmani dan dunia. Syair ini menggambarkan bahwa kesombongan dan iri hati timbul dari syahwat, yakni ketidakpuasan yang mendalam terhadap apa yang kita miliki. Ketika kita terjebak dalam pemenuhan nafsu dan hasrat semata, kita cenderung merasa lebih penting dan ingin memiliki lebih dari orang lain.


Kebiasaan Buruk: Pencipta Akar yang Kokoh


Rumi menunjukkan bahwa akar dari syahwat terkait dengan kebiasaan buruk yang kita pelihara. Kebiasaan ini tumbuh dalam diri kita seiring waktu dan berakar dalam pikiran dan perilaku kita. Dalam pandangan sufi, pemeliharaan kebiasaan buruk ini semakin menguatkan nafsu duniawi, menciptakan jarak antara diri kita dengan cahaya ilahi.


Kemarahan sebagai Akibat Kebiasaan Buruk


Syair ini juga mengungkapkan bahwa kebiasaan buruk dapat merasuk ke dalam diri kita hingga menyebabkan kemarahan yang mendalam. Ketika kita merasa kebiasaan buruk kita dilanggar atau diperdebatkan, kita cenderung merasa marah terhadap siapa pun yang melawannya. Ini menggambarkan bagaimana perilaku buruk dapat mengontrol emosi dan membentuk karakter kita.


Pesan Sufi: Mencabut Akar Kesombongan dan Iri Hati


Dalam pemikiran sufi, mengatasi kesombongan dan iri hati melibatkan perjalanan mendalam menuju pemahaman diri dan perubahan batin. Syair ini mengajarkan bahwa kita perlu melihat lebih dalam ke dalam diri kita dan mengakui akar-akar perilaku buruk. Dengan menjauhkan diri dari pemenuhan nafsu dan menggantikannya dengan kesadaran akan Tuhan, kita dapat mencabut akar-akar kesombongan dan iri hati.


Ajaran Al-Quran: Mengatasi Kesombongan dan Iri Hati


Ajaran Islam juga mengajarkan pentingnya mengatasi kesombongan dan iri hati. Dalam Q.S. Al-Hasyr [59:9], Allah mengingatkan tentang bahaya kesombongan dan menyatakan bahwa kekayaan dan anak cucu hanyalah sebatas perhiasan duniawi. Ayat ini mengajak kita untuk fokus pada kebaikan dan amal sholeh sebagai tolok ukur ketidaklemahan.


Syair ini mengajak kita untuk merenung dan mengenali akar-akar perilaku buruk dalam diri kita, khususnya kesombongan dan iri hati. Dengan mengandalkan pemahaman sufi dan ajaran Islam, kita dapat mencabut akar-akar ini dan mengarahkan diri kita pada perubahan batin yang lebih mendalam. Dalam proses ini, kita mendekatkan diri kepada cahaya ilahi dan mengatasi kelemahan manusiawi yang menghalangi kita untuk mencapai kedekatan dengan Tuhan.







penulis            : Usaka
sumber            : Kitab Karya Jalaluddin Rumi    
                        Al Qurán dan Terjemahan

Posting Komentar untuk "Mengurai Akar Kesombongan dan Iri Hati: Pemahaman Sufi dari Syair Jalaluddin Rumi"